untuk pembuka di tahun 2012 ini, saya mau bahas masalah teori pembentukan jagad raya
sebelum itu saya minta maaf kepada pemilk blog tempat saya copas materi ini karena idak mencamtumkan alamat blognya (udah lupa),semoga amal dan ibadahnya diterima disisi tuhan aja deh...
oke langsung aja nih...
- Teori Nebula
Kelemahan teori kabut disampaikan oleh James Clerk Maxwell dan Sir James Jeans yang menunjukkan bahwa
massa bahan dalam gelang-gelang tak cukup untuk menghasilkan tarikan gravitasi
sehingga memadat menjadi planet. F.R. Moulton pun menyatakan bahwa teori kabut
tak memenuhi syarat bahwa yang memiliki momentum sudut paling besar haruslah
planet bukan matahari. Teori kabut menyebutkan bahwa matahari yang memiliki
massa terbesar akan memiliki momentum sudut yang paling besar.
2. Teori Pasang
Surut
Astronomi
Inggris, James Jeans (1877-1946) mengemukakan Tata Surya merupakan hasil
interaksi antara bintang lain dan matahari. Perbedaan ide yang ia munculkan
dengan ide Chamberlin Moulton terletak pada absennya prominensa. Menurut Jeans
dalam interaksi antara matahari dengan bintang lain yang melewatinya, pasang
surut yang ditimbulkan pada matahari sangat besar sehingga ada materi yang
terlepas dalam bentuk filamen. Filamen ini tidak stabil dan pecah menjadi
gumpalan-gimpalan yang kemudian membentuk proto planet. Akibat pengaruh
gravitasi dari bintang proto planet memiliki momentum sudut yang cukup untuk
masuk kedalam orbit disekitar matahari. Pada akhirnya efek pasang surut
matahari pada proto planet saat pertama kali melewati perihelion memberikan
kemungkinan bagi proses pembentukan planet untuk membentuk satelit.
Pada
model ini tampaknya spin matahari yang lambat dikesampingkan karena dianggap
matahari telah terlebih dahulu terbentuk sebelum proses pembentukan planet.
Selain itu tanpa adanya prominensa maka kemiringan axis solar spin dan bidang
orbit matahari-bintang tidak akan bisa dijelaskan.
Tahun
1919, Jeans memperbaharui teorinya. Ia menyatakan bahwa saat pertemuan kedua
bintang terjadi, radius matahari sama dengan orbit Neptunus. Pengubahan ini
memperlihatkan kemudahan untuk melontarkan materi pada jarak yang dikehendaki.
Materinya juga cukup dingin, dengan temperatur 20 K dan massa sekitar ½ massa
jupiter. Harold Jeffreys (1891-1989) yang sebelumnya mengkritik teori
Chamberlin-Moulton juga memberikan beberapa keberatan atas teori Jeans.
Keberatan pertamanya mengenai keberadaan bintang masif yang jarang sehingga
kemungkinan adanya bintang yang berpapasan dengan matahari pada jarak yang
diharapkan sangatlah kecil.
Tahun
1939, keberatan lain datang dari Lyman Spitzer (1914-1997). Menurutnya jika
matahari sudah berada dalam kondisi sekarang saat materinya membentuk Jupiter
maka diperlukan materi pembentuk yang berasal dari kedalaman dimana
kerapatannya sama dengan kerapatan rata-rata matahari dan temperatur sekitar
106 K. Tapi jika harga temperatur ini dipakai dalam persamaan untuk massa
kritis jeans, maka massa minimum Jupiter menjadi 100 kali massa Jupiter saat
ini.
3. Teori
Proto-planet
Proto
planet merupakan embrio planet didalam piringan yang tarik menarik satu sama
lainnya secara gravitasi dan bertubrukan. Proto planet akan saling mengganggu
orbit satu sama lainnya dan bertabrakan membentuk planet (terjadi coalesce yang
membentuk planet). Teori proto planet dikemukakan McCrea pada tahun 1960 dengan
ide awal, pembentukan bintang dan planet harus dipertimbangkan secara bersamaan.
Tak mungkin pembentukan planet dipertimbangkan tanpa memikirkan bagaimana
bintang terbentuk. Untuk mendukung idenya, McCrea kemudian membangun teori
untuk mendukung keberadaan idenya tersebut. Teori tersebut menunjukkan
pembentukkan sebuah sistem, bintang dan planet. Teori ini juga menunjukkan
bagaimana bintang bisa memiliki sebagian besar massa dan planet-planet memiliki
sebagian besar momentum sudut sistem.
Titik
awal yang digunakan McCrea adalah awan antar bintang yang terdiri dari gas dan
debu yang akan membentuk galactic cluster. Sekitar 1% massa awan berbentuk
buiran sedangkan sisanya merupakan campuran kosmik daro hidrogen dan helium.
Asumsinya awan berada dalam kondisi turbulensi supersonik. Tabrakan antar
elemen terjadi didalamnya, mengakibatkan hampir seluruh massa awan memiliki
daerah yang dipadatkan dan berisi gas. Dalam model awal pada tahun 1960, daerah
yang dipadatkan tersebut disebut floccules dengan massa 3 kali massa Bumi.
Tahun 1988, McCrea memperbaharui modelnya dan meningkatkan massa floccules
menjadi lebih dari 100 kali massa Bumi dan kemudian didesain ulang sebagai
proto-planet. Istilah blob akan dipakai untuk kumpulan massa tersebut sehingga
dapat dibedakan dari proto planet, embrio (berasal dari coalesce blob) yang
akan mengalami keruntuhan dan membentuk planet.
Di
dalam awan, terjadi tubrukan inelastik antar blob yang mengakibatkan terjadinya
coalesce dan blob tersebut akan bertumbuh menjadi kumpulan yang lebih besar. Di
setiap daerah dalam awan, akan ada satu objek (kumpulan hasil coalesce /
gabungan blob yang lebih besar dibanding materi dsekitarnya) di setiap daerah
yang menjadi dominan dan menyerap hampir semua blobs yang ada disekitarnya, dan
pada akhirnya membentuk proto bintang. Proto bintang ini akan memulai
perjalanan evolusinya di Deret Utama. Blobs yang kemudian menjadi proto bintang
berasal dari berbagai arah, akibatnya momentum sudut yang dihasilkan juga akan
berasal dari hasil acak kontribusi salah satu blobs. Momentum sudut yang hilang
akan dimiliki oleh beberapa blob atau kumpulan blob yang sudah terakresi
menjadi satu, di orbit sekeliling proto bintang. McCrea menunjukkan dalam hal
ini jumlah blob atau kumpulan yang dibutuhkan kecil dan mendekati jumlah planet
yang teramati saat itu.
Planet
raksasa seperti Jupiter diperkirakan terbentuk dari hasil coalesce sejumlah
blob. McCrea juga mengasumsikan semua proto planet pada awalnya lebih masif
dibanding planet yang tersisa saat ini dan tampaknya sebagian diantaranya
mengalami kehilangan massa. Dalam proses keruntuhan, proto planet akan menjadi
tidak stabil dan pecah menjadi 2 bagian dnegan perbandingan massa 8 : 1. Spin
momentum sudut proto planet akan tampak sebagai gerak relatif antara kedua
fragmen yang mengitari pusat massa. Dalam gerakannya, fragmen yang kurang masif
akan memiliki gerak relatif 8 kali gerak fragmen yang lebih masif.
Kecepatan
lepas di bagian terluar Tata Surya sangat kecil dan menurut McCrea kehilangan
massa yang terjadi hanya sedikit di daerah planet-planet utama dan meninggalkan
sebagian besar massanya (planet) tetap stabil berotasi dengan spin (putaran)
yang cepat. Hasil lain dari keruntuhan proto planet ke dalam 2 bagian kecil,
kedua bagian tersebut akan terkondensasi dan tertahan oleh fragmen yang lebih
besar menjadi satelit dari sistem tersebut (fragmen yang lebih besar merupakan
planet yang terbentuk).
Proses
yang berbeda terjadi di bagian dalam sistem. Asumsinya, pemisahan rotasi akan
mengambil alih setelah terjadinya pengumpulan materi dan terjadinya
ketidakstabilan rotasi di inti. Disini objek akan terbentuk dan objek yang
kecil ini tidak akan memiliki kecepatan lepas yang cukup karena berada terlalu
dekat dengan Matahari. Menurut McCrea pemisahan inti yang membentuk planet
tersebut adalah pasangan Bumi – Mars dan Merkurius – Venus.
Potensi
Masalah yang dihadapi oleh teori ini, blobs haruslah stabil untuk beberapa lama
untuk bergabung dan membentuk proto bintang atau kumpulan-kumpulan kecil.
Selain itu harus ada demonstrasi yang menunjukkan kalau momentum sudut yang
hilang setelah terbentuk proto bintang memang diambil oleh orbit proto planet
dan bukan hal lainnya. Selain itu mekanisme dasar yang diberikan McCrea tidak
menjelaskan sistem planet yang datar dalam orbit lingkaran.
4. Teori
planetesimal
Hipotesis
planetesimal diusulkan pada tahun 1905 oleh ahli geologi Thomas Chamberlin
Chrowder dan astronom Forest Ray Moulton untuk menjelaskan pembentukan tata
surya. Diusulkan sebagai pengganti versi Laplacian dari hipotesis nebula yang telah
berlaku sejak abad ke-19.
Teori
ini didasarkan pada gagasan bahwa bintang berlalu cukup dekat dengan matahari
pada awal kehidupan untuk menyebabkan tonjolan pasang surut terbentuk pada
permukaannya, yang bersama dengan proses internal yang mengarah ke prominences
surya, menyebabkan material yang akan dikeluarkan berulang-ulang dari matahari.
Karena efek gravitasi dari bintang yang lewat, dua spiral seperti lengan akan
diperpanjang dari matahari, dan sementara sebagian besar material akan jatuh
kembali, bagian dari itu akan tetap di orbit. Bahan ini akan mengorbit dingin
dan mengembun ke dalam tubuh kecil banyak bahwa mereka disebut planetesimal dan
protoplanets lebih besar sedikit. Teori mereka mengusulkan bahwa benda-benda
bertabrakan dari waktu ke waktu, planet-planet dan bulan mereka dibangun,
dengan komet dan asteroid menjadi puing-puing sisa. Para "spiral
nebula" difoto di Observatorium Lick dianggap mungkin menjadi pemandangan
matahari lainnya menjalani proses ini. Nebula ini sekarang dikenal sebagai
galaksi daripada mengembangkan sistem tata surya.
Pada
tahun 1917, James Hopwood Jeans berpendapat bahwa hanya pendekatan yang sangat
dekat dari bintang kedua diperlukan untuk mengeluarkan materi, bukan
membutuhkan prominences surya. Pada tahun 1939, Lyman Spitzer menunjukkan bahwa
kolom material ditarik keluar dari matahari akan menghilang daripada mengembun.
Pada saat teori ini telah sebagian besar jatuh dari nikmat, dan pada 1940-an,
karya Henry Norris Russell menunjukkan bahwa jika bahan surya telah menarik
diri dari matahari dengan gaya yang diperlukan untuk menjelaskan momentum sudut
Jupiter, materi akan terus keluar dari sistem surya seluruhnya.
Meskipun
hipotesis Chamberlin-Moulton tidak lagi diterima, ide planetesimal tetap dalam
teori modern.
5. Hipotesis Bintang Kembar dan Teori penciptaan
terus-menerus
Hipotesis bintang kembar awalnya dikemukakan oleh Fred Hoyle
(1915-2001) pada tahun 1956. Hipotesis mengemukakan bahwa dahulunya Tata Surya
kita berupa dua bintang yang hampir sama ukurannya dan berdekatan yang salah
satunya meledak meninggalkan serpihan-serpihan kecil. Serpihan itu terperangkap
oleh gravitasi bintang yang tidak meledak dan mulai mengelilinginya.
Dalam
kosmologi, teori Steady State (juga
dikenal sebagai teori Universe Tak Terbatas atau penciptaan terus-menerus)
adalah model yang dikembangkan pada tahun 1948 oleh Fred Hoyle, Thomas Gold,
Hermann Bondi dan lain-lain sebagai alternatif teori Big Bang (dikenal,
biasanya, seperti model kosmologis standar). Dalam pandangan kondisi mapan,
materi baru terus diciptakan sebagai alam semesta mengembang, sehingga prinsip
kosmologi sempurna ditaati.
Teori
steady state Bondi dan Emas terinspirasi oleh melingkar plot dari film Mati
Night, yang mereka telah melihat bersama-sama. Perhitungan teoritis menunjukkan
bahwa alam semesta statis mustahil dalam relativitas umum, dan pengamatan oleh
Edwin Hubble telah menunjukkan bahwa alam semesta mengembang. Teori steady
state menyatakan bahwa meskipun alam semesta mengembang, itu tetap tidak mengubah
penampilan dari waktu ke waktu (prinsip kosmologis sempurna), tidak memiliki
awal dan akhir.
Teori
ini mengharuskan bahwa materi baru harus terus diciptakan (kebanyakan sebagai
hidrogen) untuk menjaga kepadatan rata-rata materi yang sama dari waktu ke
waktu. Jumlah yang diperlukan adalah rendah dan tidak langsung terdeteksi:
sekitar satu massa matahari per baryon megaparsec kubik per tahun atau
kira-kira satu atom hidrogen per meter kubik per miliar tahun, dengan sekitar
lima kali materi gelap banyak. Seperti tingkat penciptaan, bagaimanapun, akan
menyebabkan efek diamati pada skala kosmologis. Namun, fitur estetis menarik
dari teori ini adalah bahwa pembentukan secara spontan baru materi
dipostulasikan mungkin akan perlu menyertakan deuterium, helium, dan sejumlah
kecil lithium, serta hidrogen biasa, karena tidak ada mekanisme di
nukleosintesis bintang atau oleh proses lainnya account untuk diamati
kelimpahan deuterium dan helium-3. (Dalam model Big Bang, deuterium primordial
dibuat langsung setelah "bang," sebelum adanya bintang-bintang
pertama).
Model
steady state sekarang sebagian besar didiskreditkan, sebagai titik bukti
pengamatan ke Bang-jenis Besar kosmologi dan usia yang terbatas dari alam
semesta.
Masalah
dengan teori mapan mulai muncul pada akhir tahun 1960, saat pengamatan ternyata
mendukung gagasan bahwa alam semesta sebenarnya berubah: quasar dan radio
galaksi ditemukan hanya pada jarak yang besar (karena yang ada hanya di masa
lalu jauh), tidak di galaksi dekat. Sedangkan teori Big Bang diperkirakan
sebanyak, teori Steady State meramalkan bahwa benda-benda seperti itu akan
ditemukan di mana-mana, termasuk dekat dengan galaksi kita sendiri.
Untuk
sebagian besar kosmolog, sanggahan dari teori steady-state datang dengan
penemuan radiasi latar belakang gelombang mikro kosmik pada tahun 1965, yang
diprediksi oleh teori Big Bang. Stephen Hawking mengatakan bahwa fakta bahwa
radiasi gelombang mikro telah ditemukan, dan itu dianggap tersisa dari Big
Bang, adalah "paku terakhir pada peti mati teori mapan." Dalam teori
steady state radiasi latar belakang adalah hasil cahaya dari bintang-bintang
purba yang telah tersebar oleh debu galaksi. Namun, penjelasan ini telah
meyakinkan untuk kosmolog paling sebagai latar belakang gelombang mikro kosmik
sangat halus, sehingga sulit untuk menjelaskan bagaimana hal itu muncul dari
sumber titik, dan latar belakang gelombang mikro tidak menunjukkan bukti fitur
seperti polarisasi yang biasanya terkait dengan hamburan. Selanjutnya, spektrum
yang begitu dekat dengan benda hitam ideal yang hampir tidak dapat dibentuk
oleh superposisi dari kontribusi dari gumpalan debu pada temperatur yang
berbeda maupun di redshifts berbeda. Steven Weinberg menulis pada tahun 1972,
Model
steady state tidak tampak setuju dengan hubungan dibandingkan diamati dl z atau
dengan jumlah sumber ... Dalam arti, ketidaksepakatan adalah kredit untuk
model; sendirian di antara semua kosmologi, model steady state membuat prediksi
yang pasti sedemikian rupa sehingga dapat dibantah bahkan dengan bukti pengamatan
yang terbatas yang kita miliki. Model tunak adalah begitu menarik sehingga
banyak penganutnya masih mempertahankan harapan bahwa bukti terhadap hal itu
akan hilang sebagai pengamatan meningkatkan. Namun, jika latar belakang radiasi
gelombang mikro kosmik ... adalah benar-benar hitam-tubuh radiasi, maka akan
sulit untuk meragukan bahwa alam semesta telah berkembang dari tahap awal lebih
panas, lebih padat.
Sejak
saat itu, teori Big Bang telah dianggap sebagai gambaran terbaik dari asal usul
alam semesta. Dalam publikasi astrofisika kebanyakan, Big Bang diterima secara
implisit dan digunakan sebagai dasar teori yang lebih lengkap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar